Tujuh Elang Gang Pinang Sebatang
Kepindahan orangtua ku dan kami sekeluarga ke gang sebrang rumah yang kami tumpangi dulu mengharuskan aku berteman dengan anak-anak tetangga rumah kami. Tentunya sebaya dengan ku. Aku bersyukur ternyata mereka yang menjadi teman baru ku ini adalah teman satu kelas. Dan aku warga baru digang ini, Gang Pinang Sebatang. Seperempat jumlah siswa dikelas kami(SD 42 Kimak) adalah anak-anak Gang Pinang Sebatang. Ada aku, rika, iput, mizi, nata, romi,dan ida.
Saat itu aku dititipkan orangtua ku dirumah nenek ku, ya mizi paman bungsu ku, karena orangtua ku masih menginap dikebun selagi adik-adikku belum masuk sekolah. Rumah kami dibelakang rumah nenekku. Sehingga aku banyak waktu bermain dan belajar bersama teman-temanku ini. Aku dan mizi selalu menempati ranking kelas terkadang bertukar posisi dengan mizi dan berapa teman lainnya. Aku masih posisi bintang kelas.
Persahabatan kami pun terjalin mengalir sangat karib. Pagi-pagi kami kekali bersama (mandi untuk berangkat kesekolah) dan saling panggil dan menunggu juga. Begitu pun berangkat kesekolah dan pulang sekolah. Hingga kami main sore harinya dan belajar bersama.
Selepas lulus SD kami pun berpencar keantah berantah tentang impian kami masing-masing. Aku dan Mizi melanjutkan ke SMP yang sama dan masih satu kelas sampai kelas dua SMP, sedangkan nata, iput dan romi melanjutkan ke SMP yang dekat dengan kampung kami lain lagi dengan Ida dan Rika tidak melanjutkan sekolah mereka membantu orangtua mereka menambang timah saat itu. Mereka sudah bisa mendapatkan uang sendiri. Aku sangat menyayangkan waktu itu mereka tidak melanjutkan sekolah akan tetapi aku baru sadar kini semua itu terjadi karena antara pilihan dan keadaan.
Kalau ada novel lima elang kalau kami tujuh elang dengan mimpi-mimpi kami. Bagaimana kami melewati masa-masa SD bagi anak Desa yang terus ingin berprestasi. Kami juga harus membantu pekerjaan rumah orangtua kami, dan kami juga membantu orangtua kami untuk mendapatkan uang. Kami adalah salahsatu dari sekelompok anak bangka yang pernah merasakan menambang timah, mendapatkan uang sendiri.
Kami juga melewati masa bermain kami, walaupun aku adalah salah satu anak yang saat itu tidak pandai bermain mainan tradisional sehingga tidak terlatih untuk bertanding dalam segi taktik kecuali dengan menulis dan membaca,hehe.
Pernah aku dimarahin oleh Rika karena lenjir dalam petak umpat grup (gong malam:bahasa Bangka). Jadilah grup 7 elang kalah. Kemudian main GILON juga kami kalah sewaktu lomba di sekolahan. Tujuh elang eksis pada masa itu. Mizi tulisannya rapih, dan Nata yang klimis apalagi Romi seorang anak laki-laki yang sedikit gelap maksudku kulitnya hehe. Iput pada waktu itu bwrpostur badan paling besar diantara kami, aku paling pendek lain dengan Ida paling Jangkung dan Rika sitomboy.
Semangat kami sebagai tujuh elang dari Gang Pinang Sebatang membawa kami kekehidupan masing-masing saat ini. Mizi sekarang menjadi salahsatu karyawan di perusahaan swasta di Pangkalpinang dan masih melajang, Iput menamatkan SMA sama dengan ku dan sekarang sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki yang ganteng pula dan menetap di Desa Air mesu. Rika pun sudah menikah dan mempunyai seorang anak laki-laki dan menetap di Pal 9. Ida sudah menikah dan menetap di Gang Pinang sebatang. Romi, aku tidak mendapat kabar sejak aku berada diajakarta 5 tahun yang lalu. Dan Nata sudah menikah dan masih di Gang Pinang Sebatang.
Sungguh Tujung Elang masih menjadi cerita ku dan kenangan-kenangan dimasa kami beertumbuh, dan besar.
Sungguh, aku sangat merindukan mereka, panggilan kekali, panggilan kekebun, mandi berenang, menjelajah hutan dipinggir kampung. Tapi tak mungkin lagi kami mengulangi nya, tapi aku ingin kami berkumpul kembali aku ingin tujuh elang termasuk dari orang-orang yang sukses dengan pilihan hidupnya masing-masing.
Sampai bertemu kembali,
Salam Tujuh Elang :D
0 komentar