Dua Anak Sulung Nekat
"Sebagai anak sulung, harus menjaga adik-adik, memberi contoh yang baik kepada adik-adik, membantu mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari (menyapu,mengepel, mencuci piring, menggerek air, memasak, mencuci baju) dan menjadi juara kelas".
Adalah deretan kewajiban yang diberikan oleh Ayah dari seorang sahabat ku kepadanya. Tentu sama halnya juga dengan kewajiban ku karena aku juga anak sulung sama seperti dia.
Akrab ku panggil Imut, nama lengkapnya Nurhikmah. Aku sangat salut dengan sahabat ku ini, rajin, telaten, disiplin dan rapi. Dari segi pekerjaan rumah, mata pelajaran dan jadwal waktu bermainnya sangat telaten dan disiplin.
Sekarang dia mengabdi diperangkat Desa kami, sudah sebelum dia lulus sebagai sarjana disebuah universitas di Provinsi kami. Persahabatan kami sangat mendukung kami sebagai anak sulung yang bermimpi akan menjadi orang-orang sukses nanti nya dan menjadi inspirasi adik-adik kami. Cita-cita mulia kami mengangkat derajat orangtua kami. Semoga semesta turut mengamini. Aamiin.
Sewaktu masa SD dia lah saingan ku dan Mizi, baru ada Husni dan juga Iput. Pernah aku kalah dengan dia, bisa ku sebut dia saingan berat ku di kelas. Kami bersaing sehat untuk menjadi bintang kelas. Ketika pembagian rapor tiba, ayah nya dan bapak ku selalu dipanggi paling awal, bearti kami yang menjadi bintang kelas. Hingga lulus SD kami kami tidak terkalahkan. Hehe tapi dia dengan Mizi sering berganti posisi, apalagi sewaktu Ibu nya sakit lama yang mereka harus bolak balik Jakarta untuk pengobatannya dan dia banyak menghabiskan waktu untuk merawat Ibunya dan semua pekerjaan rumah, termasuk merawat adik-adiknya.
Imut dan Aku pun melanjutkan ke SMP yang sama. Sayangnya, kami tidak lagi satu kelas. Kami masih belajar bersama dan naik angkot sama juga dengan geng Kimak nantinya akan ku ceritakan juga.hehe
Kemudian kami pun di SMA yang sama pula, namun berbeda jurusan. Dia memilih IPS, bakatnya memang dalam ilmu akuntansi karena sewaktu kami satu kelas dia jago dalam mata pelajaran matematika. Tetapi kami jarang bertemu kecuali jam istirahat tentu masing-masing lebih akrab dengan teman sekelas. Kami bersapa ria.
Bukan karena kami satu kampung rasa persahabatan kami tidak pudar sama sekali, tetapi percayalah sahabat adalah dia yang memiliki persamaan keinginan. Seperti kami dengan cita-cita mulia kami. Menaikkan derajat orang tua kami, sebagai anak sulung.
Disaat aku juga galau untuk melanjutkan kuliah dimana dan dia pun merasakannya. Saat itu kami berdua nekat harus kuliah dengan keadaan orangtua kami tidak sanggup untuk membiayai kami. Apalagi tanpa beasiswa kuliah diluar Bangka.
Sore itu, aku mengirim sms ke dia menanyakan kuliah dimana. Dengan segala kendala yang sama yang kami hadapi, aku mengajaknya mendaftarkan kuliah di salahsatu universitas di provinsi kami. Saat itu aku sudah dinyatakan diterima diuniversitas itu. Gelombang terakhir, dia pun ingin mendaftar disana. Modal nekat kami berangkat kesana, waktu itu dia baru bisa mengendarai motor. Belum begitu lancar dan tidak memiliki uang sama sekali untuk membeli bensin. Uang yang ada pas untuk membeli formulir.
Nekatnya kami, alhamdulillah selamat sampai kampus tersebut. Ternyata formulirnya tidak lagi sama harga nya sewaktu aku mendaftar kemarin. Aku juga sama tidak memegang uang sama sekali. Kami kebigungan mendapat uang dari mana untuk tambahan, kalau tidak mendaftar sekarang kami sudah membuang-buang bensin, waktu dan keberanian kami yang notabene nya Imut baru bisa mengendarai motor.
Lagi, kami nekat meminjam dengan salahsatu calon mahasiswi juga disana dan kami baru berkenalan. Kabar terakhir dari Imut aku juga lupa namanya mahasiswi ini sudah meninggal. Semoga Allah memberi tempat terbaik untukmu atas kebaikanmu, kawan. Alhamdulillah, Imut mendaftar juga hari itu.
Esok harinya, aku mendapat telepon dari salahsatu Universitas di Jakarta aku diterima dan mendapat beasiswa penuh bersamaan dengan pengumuman diterimanya Imut di universitas yang kami berdua daftar.
Aku pun membuat keputusan besar dalam hidupku, aku akan melanjutkan kuliah diJakarta. Imut juga senang disisi lain dia sedih karena kami sudah merancang kehidupan kuliah kami dengan kost bersama, belajar bahasa inggris dan kegiatan-kegiatan kampus lainnya ternyata Tuhan menunjukkan jalan lain untuk masing-masing kami. Aku berangkat Ke Jakarta.
Kami masih berkomunikasi dan ketika aku pulang saat liburan kami sering jalan bersama. Ya, sekarang dia masih melajang semoga secepatnya aku mendapat undangan pernikahannya. Hasil dari jalan cinta yang complicated antara dia dengan calonnya. Terakhir aku berkomunikasi tahun kemarin. Tahun lalu dia sempat berkunjung ketempatku di Jakarta dan Aku tidak sempat mengajaknya jalan-jalan di Ibu kota karena hari kedua disini dia harus pulang mendadak neneknya meninggal. Dia pulang kebangka dengan kehilangan HP dijakarta.
Aku bertemu lagi saat itu kami silahturahmi disalahsatu rumah teman kami di pantai Air Anyir. Dan dia juga harus kehilangan HP lagi oleh ku. Untuk saat ini aku belum bisa mengganti, tapi Mut, aku akan menggantikannya dan semoga nanti kamu kesini aku akan mengajakmu mengelilingi Ibu Kota ini.Janji ku kepada sahabat ku ini, Imut.
Kesamaan visi adalah sebab persahabatan kami sangat manis dengan segala keberanian dan tekad kami yang begitu nekat.
Selalu sukses untuk mu, imut :D
0 komentar