Surat Untuk Februari




 source image : Instagram Pecandu Buku
Selamat malam Monik ,

Ah, kaku ya menulis seperti ini namun kali ini komunitas pecandu buku memang kreatif sudah lama kita lupa dengan surat-suratan. Terakhir jaman kita duduk dibangku SMA. Malam ini aku ingin menyapa mu hangat dengan secangkir capucino di café kesukaan ku di Ibu kota ini.

Hallo Monik, apa kabar? Ini surat pertama ku setelah kita lulus dari SMA untuk mu, setelah surat-surat kita disaat aku dan kamu ulangtahun semasa SMA karena Februari memang selalu kita tunggu. Itu lah pekerjaan teramat menggetirkan bagi kita yang lahir Bulan Februari, menunggu berkurangnya umur. Surat yang selalu berisi doa-doa , mimpi-mimpi kita, dan tentang persahabatan kita. bukan suatu keisengan ku tapi surat ini menyampaikan kerinduan-kerinduan yang semakin tak terbendung. Kata mereka Februari salahsatu waktu yang tepat menyampaikan kerinduan sepuas-sepuasnya. Kata mereka Februari ini penuh dengan kehangatan, cinta, kasih sayang dan persahabatan. Ku pikir untuk menyampaikan rindu ku ini ada baiknya dengan #SuratUntukFebruari  ini sedikit tersampaikan. Walaupun mungkin saja kau tak membacanya, barangkali ada kenalan kita yang mengabarkannya kepada mu, aku menulis ini untuk mu. Aku tau kamu bukan tipe yang suka dengan dunia social media seperti jaman sekarang ini. Kemarin saja ku cari nama mu diberbagai akun tidak ku temui.

Hai Monik, selalu ku doakan kau baik-baik saja. Setahun yang lalu tepat pula bulan Februari Tuhan memberi ku kesempatan mengunjungi mu  dan merayakan ulangtahunmu bersama di Pulau kediaman mu yang begitu indah alamnya, Belitung. Pantas saja Tuhan menciptakan kamu yang cantik, hangat dan ramah disana. Pulau mu saja begitu menawan apalagi yang tinggal disana. Tahun lalu kita saling menyampaikan rindu, setelah pulang dari sana ku rekam semua kebahagian ku bertemu dengan mu di buku harian ku dan blog ku  untuk selalu ku baca saat kerinduan kepada mu selama setahun ini belum tersampaikan.

Hey monik, sepertinya tahun ini aku tak bisa mengunjungi mu, maafkan aku bukan karena kesibukan ku tetapi masih waktu yang belum memungkinkan. Disini aku membanggakan mu, pilihaan mu menajdi seorang yang sederhana dan berbakti kepada masyarakat di desa kecil itu, seorang bidan desa profesi mu sekarang. Menjalin kasih secara diam-diam tetapi berani menatap masa depan dengan dia, kepada nya ku minta selalu bahagiakan sahabat ku. sangat jauh berbeda dengan ku disini, dengan mimpi yang sempat kita tulis, kita rangkai, dulu masih terseok untuk menggapainya, menjalin kasih pun masih dalam sekedar ingin. Semoga belum ada kesempatan bertemu kita tahun ini, aku mendapat kabar atau bahkan undangan pernikahan mu, Nik. Dan aku akan mengabarkan mu, aku mencapai mimpi besar ku yang dulu pernah ku cerita, entah kau masih ingat atau tidak, ku harap masih. 

Menulis untuk mu gak berasa sudah sepanjang ini Nik, berasa bukan menulis tapi kita mengobrol saja. Serasa kau berada didepan ku, kita menikmati kopi yang wangi ini Nik, ah kau tidak suka kopi, kau suka es krim dan aku tidak suka itu. Kita sangat berbeda namun kesamaan kita, menulis buku harian secara diam-diam. Ah, semakin merindukanmu tentag bagaiman tiga tahun kita bersama di asrama SMA dulu. Sudah lah Nik, semoga kau pun merindukan ku juga.

Di Jakarta ku merindu, Sahabat ku Monik di Belitung
Ttd,

 Jujul (Miss Julie)

Share:

0 komentar