A Quarter Life Crisis : #CHANGEDESTINY


“ By the age  twenty, you know you’re not going to be a rock star. By twenty-five, you know you’re not going to be dentist or any kind of professional. And by the thirty, darkness starts moving in you wonder if you’re ever going to be fulfilled, let alone wealthy and successful. By thirty-five you know, basically, what  you’re going to be doing for the rest of your life, and you become resigned to your fate.. 
Douglas Coupland Player One : What is to Become of Us

Mengingat umur yang bukan lah baru mau 20 tahun tapi sudah 23 tahun ini seperti banyak orang alami mereka mengalami  krisis seperempat fase hidup  atau quarter life crisis. Mereka bercerita bagaimana mereka mengambil  keputusan untuk hidup yang akan dijalani oleh orang yang tak remaja lagi, dewasa.

 saya berada dalam fase tersebut, padahal sudah menamengkan diri untuk bertahan senormal mungkin, seperti kebanyakan orang lainnya. Tapi ternyata tiap orang itu berbeda kasusnya.  Setelah pernah duduk dibangku kuliah dan belum sempat untuk graduate secara resmi, saya mulai bergerilya mencoba apply untuk beasiswa pascasarjana. Kemudian 2014, saya pun mendapat LoA (Letter of Acceaptance) dari kampus di kota Cotbuss beserta fullscholarship dari AlGore Organization. Oleh karena, diberi kesempatan intership di kedutaan Besar sebuah Negara juga selama delapan bulan. Mendapat uang saku dan dana jaminan untuk keberangkatan ke Negara yang saya akan berangkat untuk melanjutkan perkuliahan lagi.

Beberapa bulan lagi akan berangkat, berbagai hal pun datang untuk bersahabat sehingga saya bingung, hilang arah. Dimulai dengan seorang teman yang dua tahun lalu mengajak belajar berinvestasi kecil-kecilan hingga bukan keuntungan yang saya dapati tapi modal pun tak kunjung kembali, buntung. Bukan sekedar itu, kafe yang kami dirikan pun tak berjalan lagi, buntung juga. Dan banyak lagi orang-orang yang saya percaya ternyata menghianati  juga. Ah, sudah lah sih masa lalu. Kegagalan sih, tapi itu bearti untuk pengalaman.

Setelah jadwal pengambilan dana jaminan dan keberangkatan, entah apa yang merasuk saya. Saya membuat semua orang disekitar saya kecewa berat dengan keputusan yang saya ambil. Saya dan dan Kadek ( dari Bali) memutuskan untuk tidak berangkat dan berniat mengambil dana jaminan tersebut. Kadek sekarang bekerja disebuah perusahan konsultan bonafit juga di Jakarta. Dan saya pun memilih bekerja di bidang Finance. Jauh, yang awalnya saya begitu bangga dengan passion saya dibidang isu lingkungan, tentu scholarship yang saya dapatkan tersebut karena project isu lingkungan yang kami ajukan ke AlGore Organization. Tapi,

“Benarlah kata orang-orang , prinsip hidup itu teramat lentur. Prinsip itu akan selalu berubah berdasarkan situasi yang ada didepan kita, disadari atau tidak.” -Tere Liye-

Orang tua saya kecewa berat beserta orang-orang yang disekitar saya, ketika bertemu saya selalu melayangkan pertanyaan: “loh, kok gak jadi berangkat, kenapa? Kok gak kerja di kedutaan lagi? Atau kok gak kerja dipemerintah ?”.

Saya tak kaget lagi dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan smile…enough.

Ketika membuka sosial media, banyak teman yang mengunggah foto-foto pencapaian mereka, mendapat penghargaan kepenulisan, wirusaha atau graduation, bahkan menikah. Ya, saya tersenyum saja bias jadi juga terkadang saya iri. Tapi, kembali lagi, ini lah pilihan hidup.. rechoose your life. Saya masih mencintai tentang lingkungan dan tentang karir saya memilih dibidang finance.  Barangkali, nanti ada kesempatan untuk melanjutkan pendidikan untuk lebih ahli dalam bidang finance. Nah, perjalanan fase hidup saya ini dapat dikatakan jika saya berada dalam krisis seperempat fase hidup.

The quarter life crisis is a period of life usually ranging from the late teens to the early thirties, in which a person begins to feel doubtful about  their own lives, brought on by the stress of becoming an adult.

Saya tidak percaya bahwa Saya sendiri , bisa lupa untuk menerapkan prinsip ini dalam kehidupan saya sendiri . Saya belum melakukan banyak hal , ya, tapi aku bisa terus mengejar kapan saja saya inginkan . Mungkin jalan bisa berbeda dengan bagaimana teman-teman saya melakukannya . Mungkin saya tidak mengambil kuliah seperti biasanya , atau sukarelawan dalam kampanye politik ,pendidikan,  tapi bukan   berarti bahwa saya tidak diizinkan untuk  melakukan dengan cara saya sendiri untuk tetap berkontribusi untuk bangsa atau masyarakat luas ini, ya ada waktunya. Tunggu saja sebentar.

Common symptoms of a quarter life crisis are often feelings of being “ lost, scared, lonely or confused” about what steps to take in order to transition properly into adulthood. Studies have shown that unemployment and choosing career path is  major cause for young persons to undergo stress or anxiety.


Disaat menuliskan ini, saya belum memcapai target dipekerjaan saya untuk akhir tahun hehehe jadi sebuah cara pengalihan kegalauan.pffft

Share:

0 komentar