Book review : Lelaki, kutunggu lelakumu (part 1)
doc.missjulie
Buku "Lelaki, kutunggu Lelaku mu" yang sudah lama aku kepoin, gak hanya buku nya saja tapi juga penulis nya. Sebenarnya setiap tulisan aku tentang book review bukan seperti resensi sebuah buku ya. Aku lebih banyak menuliskan point yang sesuai dengan kenyataan yang ada oleh penulis bukan sebuah kebetulan aku juga pernah 'mengalami'.
Buku yang ditulis oleh mbak Dian Nafi ini terbit tahun 2012 dan kasihannya aku baru punya dan membacanya. Hehe. Tapi bukan sebuah hal yang harus ku sesali, karena aku mendapatkannya langsung dari penulisnya dan chat langsung. Semoga suatu hari nanti aku bisa bertemu dengannya.
Buku ' Lelaki, Ku tunggu Lelaku mu' menghadirkan kenyataan bahwa dalam cinta terdapat ke-gengsi-an.Mbak Dian berani menuliskan seutuhnya pengalaman pribadinya sendiri dalam petualangan cintanya, sepertinya. Biografinya yang ku baca persis yang ada dalam bukunya ini.
Dalam buku ini, predikat janda yang sedang Mayana sandang setelah suaminya meninggal karena kecelakaan lalulintas dengan meninggalkan dua buah hati yang cantik-cantik membuat orang-orang sekeliling mayana menanyakan kapan ia akan menikah lagi. Dengan segala kesibukan dan tanggung jawab menjadi seorang ibu sekaligus seorang ayah bagi anak-anaknya. Mayana pun masih hanya sekedar niat untuk menikah lagi. Tapi belum tau kapan apalagi dengan siapa.
Tentang cinta yang ditinggal mati oleh Fahmi, suaminya Mayana pun masih memendam kekecewaan dan penantian akan pernyataan cinta yang sesungguhnya. Namun, mayana tak lagi menanti hal tersebut dari suaminya kini karena yang ditinggalkan oleh suaminya lebih dari pernyataan cinta. Bagaimana perhatian, lakuan, dan menghargainya yang dilakukan oleh suaminya kepadanya sudah menjawab pertanyaan-pertanyaan mayana selama ini ' apakah Fahmi mencintainya?'. Bagaimana tidak ada pertanyaan dari mayana seperti itu pernikahan mereka hasil dari perjodohan orang tua mereka, dengan masa lalu Fahmi yang sudah hampir menikah dengan cinta pertama dan batal karena tidak disetujui oleh orangtuanya. Menikah dengan Mayana tanpa pernyataan cinta, tidak ada kalimat ' aku mencintai mu' dan itu menjadi penantian Mayana dalam kehidupan rumah tangganya hingga Fahmi meninggal dunia. Mayana tidak mendengarkan kalimat apalagi pernyataan romantis dari Fahmi. Alangkah sulit menerjemahkan cinta tanpa satu kalimat cinta yang disampaikan, yang dirasakan Mayana. Hidup menanti pernyataan cinta dari orang yang hidup dengannya, suaminya.
Setelah kepergian Fahmi, Mayana bertemu kembali dengan masa lalunya. Kembali bertemu dengan dua orang yang pernah menjamah pikiran dan hati Mayana. Arif, yang sempat menyatakan perasaannya kepada Mayana dan mengalah untuk memperjuangkannya karena Indra, kakaknya yang menurut keluarga nya Mayana lebih tepat untuk Indra. Dan itu benar, pernah ada dalam batin Mayana. Indra, masa lalu yang menjadi sahabat Mayana seorang yang pintar dan pendiam. Kembali kedepan mMayana dengan segala usaha keluarga Indra menghantarkannya kepada Mayana. Tapi, Mayana seketika dikembalikan pula dalam keadaan menanti. Jelas, Indra tak kunjung menyatakan perasaannya, pernyataan cintanya kepada mayana. Entah.k mengapa laki-laki begitu sulit menyatakan cintanya. Sedangkan, mayana seorang perempuan adat timur seorang bahwa perempuan hanya menunggu pernyataan dari laki-laki, tidak menyatakannya terlebih dahulu.Indra tersesat dalam entah itu ketidakberanian, kegengsian, atau benar-benar tidak tau caranya sampai Mayana pun memilih menyudahi tidak ada lagi penantian akan itu.
Menurut ku, dalam cinta ada ke-gengsi-an barangkali. Lebih baik, laki-lakiseperti menikahlah lebih dulu dari yang menantikannya dan itu sangat jelad jawabannya. Hehe pengalaman pribadi si ya, hihihi..maaf gak curhat lo hanya saja mbak Dian jago membawa aku dalam buku nya ini. Hehe
Tags:
Book Review
0 komentar