#HAPPY FATHER’sDAY



Tahun ini, saya baru tahu kalau Hari Ayah juga diperingati, saya baca-baca asal mula Hari Ayah sudah sekitar 75 tahun yang lalu di kenalkan di Amerika, tentunya bukan budaya kita (Indonesia). Namun, seiring perkembangan tekologi apalagi social media sekarang. Mempopulerkan suau hal yang menarik begitu mudah. Seperti Hari Ayah, yang jatuh pada tanggal 12 November. Dan saya rasa baru popular ditahun ini, sehingga pada tanggal 12 November bertebaran hastag #HAPPYFATHER’sDAY dan saya bengong sih. Hehe

Tapi, dari pada bengong mending menulis tentang Ayah, ada baiknya juga ada hari ditetapkan sebgaai hari ayah karena menjadi momen lebih mengingat tentang Ayah. Ya, sosok Ayah.
Bukan sebuah euporia ikut-ikutan kekinian tentang hastagnya disosial media tetapi sungguh saya adalah orang yang jarang sekali membahas pigur Ayah. Kali ini saya ingin menulis tentang Ayah, Ayah pahlawan dikeluarga kami.

Ayah, masih terlihat muda diumurnya yang ke-42 sekarang. Sifat sedikt tertutup ayah menurun ke saya, istilah psikologinya introvert-peghmatic. Kulit putihnya, sedikit diwariskan pula ke saya beserta matanya yang agak sipit, tapi tdak sepenuhnya ke saya. Hehe. Ayah, adalah sosok laki-laki pertama yang membuat saya mengenal laki-laki yang begitu tegas dan bijaksana. Selalu mengajarkan kami dalam diamnya, dan member kami (anak-anaknya) kepercayaan yang harus berani bertanggungjawab. Saya bukanlah tipe anaknya yang paling dekat dengannya, saya adalah yang paling jarang berbicara dengan beliau. Entah kenapa, tapi sifat kami dalam diam seperti itu sama.

Semua Ayah, masing-masing pasti memiliki  hero untuk anak-anaknya. Ya, ayah saya juga begitu. Setiap kali pembagian raport dari sekolah dasar sampai SMP beliau selalu bersemangat, karena Alhamdulillah selalu dipanggil lebih awal dibanding Ayah teman-teman yang lainnya. Karena, saya selalu mendapat ranking 1 dikelas.

Masa saya SMA, jangan dikira beliau tidak mengambil raport lagi tetapi lebih dari mengambil raport setiap dua minggu sekali beliau menjemput saya diasrama, basanya beliau sekalian pulang dari kebon kami. Tempat ayah bekerja.  Kehidupan kelaurga kami yang dibangun leh Ayah muda seperti Ayah saya adalah hal luar biasa bagi saya. Hingga sekarang keluarga yang hangat dan selalu saya rindukan.

Sebelum menulis tentang Ayah ini, saya jarang berbicara kepada orangtua saya, kemudian Ayah lah yang menanyakan tentang kenapa saya jarang menelpon mereka. Bukan saya sengaja, bukan juga kesibukan, tetapi saya pikir karena oleh adek yang menelpon jadi sama, gak apa-apa mereka ngobrol dengan adek-adek. Tapi, sungguh itu tidaklah cukup. Dan ditanya oleh ayah adalah suatu hal yang saya harapkan dari sikapnya yang diam emas itu. hehe

 Kalian kenalkan dengan lagu dari SUM 41? Untuk hari ayah tahun ini saya persembahkan lagu ini, mungkin ini bukan apa-apa yang wow tetapi mengetuk hati saya bahwa ayah adalah sosok yang sangat bearti  seperti Ibu juga.
"Dear Father"
Address this letter to Dear Father
I know you as complete unknown
I guess it's better you don't bother
All our truths should be left alone
Be left alone
Be left alone

I learned the things you never showed me
Took the chances you'd have blown
And to this day the one and only
You remain a complete unknown
Complete unknown
Complete unknown

You're out there somewhere
I don't know if you care at all
It seems that you don't
It's as if the day will never come
So you remain a complete unknown

So many years have been ignored
You've been gone without a trace
I'm getting used to knowing you're
Just a name without a face
Without a face
Without a face

p.s: ini baru permulaan menulis tentang sosok Ayah, nantikan edisi full "My Hero, Bak"


Share:

0 komentar