Mauli, sang Fighter


Kalau aku adalah kata dia suka tampil walaupun introvert. Thats freak. Dia tidak suka tampil tapi ekstrovert . Its cool. Dia adalah sahabat ku yang tidak mengenal jarak antara kami, tak mengingat berapa lama kami tidak bertemu dan mengobrol, tapi tiba-tiba mengobrol seolah setiap hari kami bertemu dan bercengkrama.sewaktu SMA lah aku mengenalnya dan akrab tak jarang orang bilang kami kembar, ya postur tubuh kami sama apalagi semasa kelas 1 SMA nya kami wajib untuk berpotongan rambut pendek semua.if you see 'Dora' it was us :). Keakraban kami berawal dari persamaan, bukan saling melengkapi. Untuk melengkapinya kami berjuang bersama. Saat itu bagaimana mau melengkapi ketika nilai-nilai kami berdua sama-sama terancam apalagi mata pelajaran fisika. Kami berusaha melengkapi mati-matian hingga kami sukses nama kami masih terdaftar dalam siswa yang tidak lulus untuk ujian harian mata pelajaran tersebut.

Hingga waktu semakin dekat untuk memisahkan kami, kami berdua didera kegalauan bukan karena bingung memilih tempat kuliah. Kami berdua galau kami tidak lolos untuk beasiswa kedinasan dan bidik misi. Karena harapan kuliah kami besar pada beasiswa. Maul, panggilan ku kepadanya. Keputusan terakhir kami diakhir SMA tidak sama, dia memilih menunda kuliah bekerja terlebih dahulu dan aku nekat mendapatkan beasiswa dan kuliah.

Dia orang pertama yang ku ceritakan tentang bagaimana aku jatuh cinta kepada seorang kakak kelas kami. Kemudian kami berdua sering mengamati dari jauh kakak kelas tersebut. Kami menikmati masa SMA dan persahabatan kami. Keluarga nya seperti keluarga ku sendiri, adik-adiknya, bapaknya, apalagi IBu nya. Beberapa kali aku berkunjung kerumahnya.

Bukan persahabatan kami berdua yang hebat, tetapi dia lah yang hebat. Sama seperti sebagai anak sulung dengan segala tanggungjawab untuk keluarganya. Menunda kuliah berarti menunda mimpi-mimpinya, karena biaya. Pekerjaan orang tua kami sama, buruh harian sehingga tidak tabungan pendidikan untuk kami. Oleh karena itu beasiswa yang kukatakan tadi adalah harapan besar kami.

Dia memilih bekerja, bukan suatu pilihan kalau ku bilang, tapi keharusan karena keadaan. Tapi, dia menyimpan seluruh kesedihan ketika melihat teman-teman kami yang ketika ditanya kuliah dimana dengan mudah menjawab,di bandung, di jakarta dan lainnya. Dia menyimpan rapat dalam semangatnya yang luarbiasa demi mereka, keluarganya.

Aku sempat tidak mendapat kabarnya pada tahun-tahun pertama kami berpisah. Tapi sekarang kami sering mengobrol via bbm atau chatting.

Everybody has changed, tapi tidak dengan dia. Ketika tahun ini beberapa keputusan yang ku ambil untuk hidup ku, I have changed. Bagaimana dia menanggapi ku? Dia menerima ku apa adanya, dan masih mendukung mimpi-mimpi yang kami terus untuk meraihnya sampai kami berhasil.

"No person is your friend who demands your silence, or denies your right to grow". Sebuah kalimat Alice walker dalam bukunya the color purple. Iya itu uabg dilakukan maul untuk ku, tapi tetap mendukung ku padahal aku tak menceritakan kegalauan ku sedikit pun tapi hati menaut persahabatan ya. Begitu lqh terangkai persahabatan kami. Tentang kehidupan percintaan kami masing-masing rumit, bukan terlalu complecated hanya saja rumit. Seperti cita-cita kami, seperti itu pula untuk kami dalam urusan percintaan. Maul pun di alarmkan oleh Ibu nya untuk tahun ini menikah, aku pun turut berdoa semoga maul bertemu jodohnya seperti teman kami Monik dan Dini yang juga sudah menunaikan ibadah tersebut. Aku? Hmmm..aku berdoa untuk mauli dulu ya. Semoga tahun ini ya maul, teman yang baca mohon doa nya untuk niat baik sahabat ku ini.

Happy weekend Maul, sahabat ku :)

Share:

1 komentar